Kamis, 16 Agustus 2012

BEGINI CARANYA MENGUSIR SETAN


Kasus I
            Acara muda-mudi Kristen tiba-tiba kacau. Awalnya masih berlangsung bagus saat mereka masih menyanyikan lagu-lagu pujian dan penyembahan. Saat mulai ganti ke lagu umum populer yang liriknya kurang pas, beberapa orang mendadak berteriak-teriak tak terkendali dan matanya melotot. Muka yang lembut menjadi seram dan memaki-maki.
            Rupanya muda-mudi ini kesurupan! Mereka kemasukan setan yang mengaku tinggal di daerah itu. Pengurus gereja dan beberapa orangtua yang mendampingi muda-mudi ini panik dan bingung. Telah dicoba menyadarkan dengan memanggil nama dan menggoncang badan yang kesurupan, malah makin beringas. Mereka tidak tahu mau berbuat apa lagi.
            Dari antara pengurus gereja ini ada yang berinisiatif menghubungi Hamba Tuhan yang mereka ketahui biasa mengusir setan. Sementara Hamba Tuhan dalam perjalanan, muda-mudi yang kesurupan makin bertingkah aneh, kadang ketawa, kadang menangis. Teman-temannya lari menghindar, dan hanya mengintip dari kejauhan. Ketika Hamba Tuhan tiba, barulah suasana terkendali, dan yang kesurupan dilayani dan akhirnya sadar.  

Kasus II    
            Upacara bendera sebuah sekolah bubar, karena puluhan siswanya mengalami kesurupan. Guru dan kepala sekolah panik, padahal beberapa di antara mereka adalah orang Kristen. Orangtua yang mendapat informasi peristiwa kesurupan massal, mulai bergerak menjemput anaknya masing-masing.
            Guru-guru yang berpendidikan tinggi akhirnya memanggil dukun atau yang dihaluskan dengan istilah orang pintar. Dukun berbekal air putih tampak komat-kamit, lalu memercikkan air ke yang kesurupan. Berjam-jam, baru semua yang kesurupan sadar. Kepala sekolah memutuskan semua siswa pulang dan libur satu hari.
            Eh, besoknya saat sekolah baru mulai beberapa les, kesurupan massal kembali terjadi di kelas-kelas.. Setan yang merasuk ke dalam siswa ini mengaku sebagai penunggu sekolah itu. Dukun kembali dipanggil dan beraksi kembali dengan air putih dibarengi mulut komat-kamit. Setelah suasana tenang kembali, dukun mengaku melihat banyak roh di lingkungan sekolah. Dia menyarankan ritual mengusir roh-roh tersebut.
            Pada hari yang ditentukan, acara ritual dilakukan dukun didampingi kepala sekolah, beberapa guru dan perwakilan orangtua. Saat upacara pengusiran dilakukan, tampak ada bunga, kemenyan dibakar, dan jeruk purut. Dukun tiba-tiba meronta dan mata melotot, lama dia baru tenang lagi. Dia mengaku roh yang tinggal di sekolah itu cukup kuat dan tak bisa diusir. Roh itu kata dukun mau tinggal tetap di situ, dan marah karena pohon tua tempatnya dipotong pihak sekolah.
            Dukun menyarankan roh-roh itu ditenangkan. Upacara ritual dilakukan sekali lagi, bukan pengusiran, tapi memuja agar roh itu tenang. Kambing dipotong dan kepalanya ditanam di bekas pohon tua  yang ditumbang. Sejak kejadian itu, anak-anak sekolah menjadi takut bermain dekat lokasi tersebut.

            Kenapa orang Kristen yang mengaku sebagai pengikut Yesus Kristus dalam kasus I dan II, tak bisa mengusir setan. Mengapa pula harus meminta pertolongan dukun, yang akhirnya terseret dalam penyembahan berhala dan bersekutu dengan roh jahat. Kasus ini sering terjadi di sekitar kita, dan mungkin sebagian dari pembaca traktat ini pernah mengalaminya.
            Padahal Tuhan Yesus Kristus mengatakan mengusir setan merupakan tanda orang percaya. “Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan demi namaKu, mereka akan berbicara dalam bahasa yang baru bagi mereka.”(Markus 16:17).  Paulus mempraktikkannya dalam Kisah 16:18”……Demi nama Yesus Kristus aku menyuruh engkau keluar dari perempuan ini. Seketika itu juga keluarlah roh itu”
            Jadi senjata dalam mengusir setan adalan nama Yesus Kristus, Rajasorga, penguasa alam semesta. Orang percaya/murid Yesus diberikan wewenang menggunakannya namaNya untuk mengusir setan. Dalam catatan Kisah Rasul, para murid melakukan pengusiran setan di mana-mana hanya dengan UCAPAN, sebagaimana Tuhan Yesus mengusir setan seperti tertulis rekaman Injil (kitab Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes). Tentu saja murid-murid melakukan pengusiran setan dari orang lain, setelah mereka sendiri lebih dahulu mengalami pengusiran dari diri masing-masing (Matius 12:28).
Namun bagaimana menggunakannya? Sebab ada yang mencoba-mencoba menggunakan nama Yesus Kristus, akibatnya tragis.  Yang terjadi justru sebaliknya, seperti direkam dalam Kisah Rasul 19:13-17:  “Juga beberapa tukang jampi Yahudi, yang berjalan keliling di negeri itu, mencoba menyebut nama Tuhan Yesus atas mereka yang kerasukan roh jahat dengan berseru, katanya:”Aku menyumpahi kamu demi nama Yesus yang diberitakan oleh Paulus.” Mereka yang melakukan hal itu ialah tujuh orang anak dari seorang imam kepala Yahudi bernama Skewa. Tetapi roh jahat itu menjawab: “Yesus aku kenal, dan Paulus aku ketahui, tetapi kamu siapakah kamu?” Dan orang yang dirasuk roh jahat itu menerpa mereka dan menggagahi mereka semua dan mengalahkannya, sehingga mereka lari dari rumah orang itu dengan telanjang dan luka-luka. Hal itu diketahui oleh seluruh penduduk Efesus, baik Yahudi maupun orang Yunani, maka ketakutanlah mereka semua dan makin masyhurlah nama Tuhan Yesus.”
Mengapa tujuh anak Skewa gagal mengusir setan, padahal sudah menggunakan nama Yesus? Malah mereka dipermalukan, dihajar dan ditelanjangi  roh jahat melalui orang yang dirasukinya. Jawabannya, karena karena soal status anak-anak Skewa ini! Di ayat 13 tertulis jelas mereka adalah tukang jampi alias dukun, atau istilah sekarang orang pintar. Walau ayahnya merupakan imam kepala Yahudi, anak-anak Skewa masih berstatus warga kerajaan iblis. Dalam diri mereka masih ada ikatan-ikatan iblis, bagaimana mungkin bisa mengusir iblis dan roh-roh jahatnya.
Jadi, kelayakan menggunakan kuasa nama Yesus Kristus, sangat menentukan untuk bisa mengusir setan-setan. Kita perlu dulu memeriksa di hadapan Rajasorga Tuhan Yesus Kristus, apakah masih ada ikatan-ikatan iblis dalam diri kita. Rajin ke gereja dan persekutuan tak menjadi jaminan bebas dari belenggu iblis. Anak-anak Skewa ini memiliki ayah yang merupakan imam kepala. Artinya, ibadah bukan sesuatu yang asing bagi mereka. Tapi mereka tetap berprofesi sebagai tukang jampi atau dukun.
Bagaimana caranya seseorang mengalami keterikatan dengan iblis? Banyak jalur dan cara seseorang bisa terikat denga iblis. Pertama, perjanjian dengan iblis, bisa jadi bukan kita yang membuat perjanjian ini, melainkan lelulur/nenek moyang kita. Kita bisa telusuri dari riwayat keluarga, apalagi kalau leluhur kita dulunya dukun atau memiliki kemampuan gaib, atau belum menjadi Kristen (pengikut Tuhan Yesus). Perjanjian dengan iblis ini harus dibatalkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus, dan diusir semua malaikat iblis yang mendampingi selama ini. Selanjutnya membuat perjanjian baru dengan Tuhan Yesus (Yeremia 31: 31-34).
Jalur kedua, karena persekutuan dengan iblis, antara lain terlibat dalam perdukunan, penyembahan berhala, memiliki jimat atau penjaga badan, meminta berkat ke kuburan, menyembah ilah asing (yang mengaku Tuhan, di luar Rajasorga Tuhan Yesus Kristus, satu-satunya Tuhan yang benar), dan lain sebagainya. Semua persekutuan dengan iblis, baik yang atas kesadaran sendiri, diajak orang lain, atau bukan atas kemauan sendiri, semua harus disangkali dalam nama Tuhan Yesus Kristus, dan diusir semua roh jahat yang sempat masuk. Selanjutnya membangun persekutuan baru dengan Tuhan Yesus (Yohanes 15: 4-5).
Jalur ketiga, adalah jasa-jasa iblis yang pernah kita terima, ini sejalan dengan adanya perjanjian dan persekutuan dengan iblis. Semua jasa-jasa iblis seperti kesembuhan dari dukun, bebas dari bahaya karena penjaga badan, memiliki kemampuan gaib seperti meramal, dan lain sebagainya. Semua jasa-jasa iblis ini harus ditolak, dan selanjutnya  hanya mau menerima jasa dari Tuhan Yesus Kristus.
Jalur keempat adalah dosa yang kita lakukan. Dosa adalah pelanggaran hukum Tuhan (1 Yohanes 3:4). Penyelesaiannya dengan mengaku dosa maka Tuhan Yesus akan mengampuni sebagaimana tertulis dalam 1 Yohanes 1: 9. Jalur kelima,  adalah adanya kutuk karena dosa kita sendiri, dan  dosa lelulur, atau leluhur kita saling mengutuki dengan musuhnya. Ini diselesaikan dengan meminta belas kasihan Raja Yesus menggantikan kutuk menjadi berkat. Jalur lain adalah adanya luka-luka batin, sakit hati, kepahitan, yang belum diselesaikan (Ibrani 12:15). Mintalah Tuhan Yesus membebat dan menyembuhkan luka-luka hati. Ampuni orang-orang yang melukai hatimu. Jika belum bisa, minta Tuhan Yesus Kristus mampukan, dengan memulai mengampuni dengan mengucapkan pengampunan.
Sebaiknya untuk menyelesaikan ikatan-ikatan iblis ini, Anda menghubungi Hamba Tuhan yang mengerti soal pengusiran iblis, supaya Anda dilayani secara pribadi. Selanjutnya Tuhan Yesus yang membimbing Anda hidup dan bertumbuh sebagai warga Kerajaan Surga. Jika bersedia, kami bersedia membantu Anda terbebas dari ikatan iblis, sehingga dilayakkan untuk bisa mengusir setan dari diri sendiri dan orang lain, hanya dengan UCAPAN. Silakan sms no handphone di bagian akhir traktat ini.
Bagi yang mau menyelesaikan ikatan dengan iblis, silakan berdoa dengan bersuara mengikuti teks doa ini: Tuhan Yesus Kristus Rajaku, aku mohon ampun atas dosa-dosaku. Saya mohon darah Yesus yang telah tercurah di Golgota membasuhku.  Aku ingin dilayakkan menggunakan nama Rajasorga Yesus Kristus untuk mengusir iblis. Oleh karena itu, semua bentuk perjanjian dengan iblis dan malaikatnya, persekutuan dan jasa-jasanya, kutolak dalam nama Yesus Kristus. Selanjutnya, perjanjian, persekutuan, dan jasa yang kuterima hanya dari Rajasorga Yesus Kritus. Rohmulah yang saya undang bekerja dalam diriku, menuntunku masuk dalam kerajaanMu. Malaikatmu saya undang menjagaiku senantiasa. Amen

Jika ada yang membutuhkan pelayanan lanjutan, atau minta minta dikirimi buku-buku untuk bertumbuh, bisa menghubungi tim pelayanan Komunitas Kerajaan Sorga melalui satu dari empat cara di bawah ini. (Saran dan masukan soal isi traktat email ke penulis traktat: bantors@gmail.com)

          

Selasa, 14 Agustus 2012

MASIH ADAKAH JALAN KELUAR BAGIKU?


Kasus I
            Seorang pria setengah baya merasa tak berguna lagi hidup. Ia kecewa terhadap dirinya, kesal dan benci kepada istrinya. Dia merasa semua orang menyalahkannya dan membencinya. Sebab anak-anaknya tercerai berai dan hampir semua berhenti dari sekolah.
            Pria ini lahir dalam keluarga yang secara ekonomi tak bermasalah. Orangtuanya merupakan aktivis gereja  yang baik. Meski begitu, kakeknya merupakan dukun besar semasa hidupnya. Pria ini susah payah menyelesaikan sekolahnya, hanya setingkat SMA. Dia harus menjalani enam sekolah untuk mendapatkan ijazah.
            Setelah lulus, pria ini belum juga mendapat pekerjaan. Eh, dia kecantol dengan seorang gadis dan menikahinya atas biaya dari orangtuanya. Mulailah mereka mengarungi bahtera rumah tangga yang ekonominya ditopang orangtuanya. Satu anak lahir, terus sampai anak berikutnya lahir, tetap saja tak mandiri. Sudah banyak usaha dilakukan tetapi gagal, berdagang rugi, kerja ini itu tak betah. Kalau adapun uang, habis tak menentu. Ujung-ujungnya hidup dari pemberian orangtua.
            Pria ini dan istrinya mulai terlibat perdukunan, yang awalnya hanya agar dagangannya laris. Lalu berlanjut dengan kebiasaan bertanya ke dukun, jika ada barang hilang dan sebagainya. Anak-anak mulai kacau, satu per satu bermasalah dan berhenti sekolah. Kemelut rumah tangga tak bisa dihindari, sebab orangtuanya mulai mengurangi bantuan. Pria ini dan istrinya akhirnya berpisah. Anak-anaknya luntang-lantung dan untunglah sebagian ditampung keluarganya sehingga masih bisa melanjutkan sekolah.

Kasus II    
            Ibu ini seorang pekerja keras. Dia bangun lewat tengah malam untuk berjualan di pasar. Penghasilannya lumayan dan seharusnya lebih dari cukup untuk biaya keluarga. Sayangnya suaminya hanya bermalas-malasan, mabuk-mabukan, dan pengangguran. Bukan itu, saja saat istrinya kerja keras untuk ekonomi keluarga, sang suami malah pacaran dan membawa perempuan lain ke rumah mereka.
Anak-anaknya kacau dan sering gaduh sesama mereka. Satu dari anak-anak ini mulai menunjukkan perilaku aneh. Padahal sejak lahir sampai sepuluh tahun sehat dan ceria sama anak lainnya, tiba-tiba seperti stres. Anak ini bergantung ke obat penenang, jika tidak barang-barang di rumah dirusak dan mau memukul orang lain. Penghasilan ibu ini habis untuk mengobati anaknya yang sakit, difoya-foyakan suami dengan perempuan lain, menyekolahkan anaknya yang lain, dan biaya ekonomi sehari-hari.
Utang pun mulai melilit ibu ini. Ia berjuang sendirian, sebab mertua dan suaminya malah menyalahkannya atas semua yang terjadi. Keluarga ibu ini yang prihatin mencoba membantu. Namun persoalan makin menumpuk. Ada saja yang terjadi yang membuat makin rumit, yakni suami makin menjadi-jadi dengan berencana menceraikannya dan menikah dengan selingkuhannya, anak stres, jualan tak laku, dan ada saja pengeluaran yang menggerogoti uang milik ibu ini.

Kasus III
             Wanita ini tampak lusuh dengan topi menutup wajahnya. Kulit yang dulu putih sekarang makin kusam dan hitam legam. Setiap hari dia bergelut di jalanan sebagai tukang parkir. Profesi ini terpaksa dilakoninya karena tak ada lagi tempat baginya di pekerjaan lain.
            Tak disangka, wanita ini lulusan sarjana dari universitas terbaik di kota tempatnya tinggal. Sewaktu kuliah, dia dikenal cerdas dan memiliki prestasi. Secara ekonomi dia sudah lumayan saat kuliah sehingga sempat tergoda untuk mengkreditkan (membungakan) uang ke orang lain.
            Setelah lulus, dia melamar ke mana-mana dan tak diterima bekerja. Kadang memang ada yang mau menerimanya tapi tak lama sudah keluar. Ia malu terhadap dirinya, malu kepada teman-temannya, malu kepada keluarga yang berharap banyak kepadanya. Wanita mulai hidup dalam kebohongan, menutupi rasa malunya. Sampai semua hartanya terjual, dia tinggal di kos-kosan kumuh sembari menjadi tukang parkir untuk menyambung hidupnya.
           
            Ketiga kasus ini memiliki kesamaan, yakni masalah tak habis-habis, seolah-olah tak ada lagi jalan keluar. Kendati memiliki orangtua yang kaya (kasus pertama), seorang pekerja keras (kasus kedua), dan berpendidikan (kasus ketiga), mereka didera dari masalah ke masalah. Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa mereka harus mengalami semua itu? Mungkin ada yang mengatakan itu takdir, jalani saja dan terima hidupmu begitu. Seakan-akan semua masalah itu dari Tuhan. Sering kita dengar, “Sabarlah, Tuhan sedang mencobaimu?” Benarkah itu dari Tuhan, dan tidak ada lagi jalan keluar atas semua masalah itu?
            Yakobus 1: 13-15 menegaskan Tuhan tak pernah mencobai manusia. Melainkan manusia dicobai keinginannya sendiri, lalu dibuahi (digoda/dibujuk/digocoh) iblis sehingga menjadi dosa. Jadi, bukan keinginan Tuhan ingin mencobai manusia agar menderita dan sebagainya. Walau ada jenis permasalahan yang Tuhan izinkan untuk menggenapkan rancangannya atas seseorang. Jelasnya kita simak pengajaran Tuhan Yesus ini.
            Yohanes 9: 1-3 mencatat pertemuan murid-murid dan Tuhan Yesus dengan seorang yang buta sejak lahir. Lalu terjadi dialog antara murid yang ingin tahu apa yang terjadi dengan Tuhan Yesus Kristus. “Murid-muridNya bertanya kepadaNya: “Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orangtuanya, sehingga ia dilahirkan buta” (ayat2), Jawab Yesus: Bukan dia dan bukan juga orangtuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Tuhan harus dinyatakan dalam dia(ayat3).
            Dari dialog ini, tercatat ada dua pemahaman murid waktu itu, yang menyebabkan orang itu mengalami permasalahan, yakni buta sejak lahir, ada dua: 1). Dia (orangbuta) berdosa. 2). Orangtuanya berdosa. Tuhan Yesus tidak membantah/menyatakan salah pemahaman para murid tersebut. Namun, Tuhan Yesus menambahkan satu pengajaran lagi, yakni karena ada rancangan Tuhan dalam hidup orang buta itu. Jadi orang itu buta sejak lahir bukan karena dosanya, atau dosa orangtuanya, tetapi karena rancangan Tuhan mau dinyatakan dalam  hidupnya. Jadi apa yang menyebabkan seseorang bisa mengalami pergumulan, dan masalah-masalah bisa karena dosanya, dosa leluhurnya, atau ada rancangan Tuhan baginya. Seseorang yang mengalami persoalan-persoalan harus mau merendahkan hati dengan membuka diri di hadapan Tuhan Yesus Kristus, Rajasorga. Bisa jadi satu di antara tiga penyebab persoalan tersebut, dan dalam kasus-kasus yang lebih parah/kompleks, bisa merupakan kombinasi dari ketiganya.
Dosa yang kita lakukan, bagaimana menyelesaikannya. Dosa adalah pelanggaran hukum Tuhan (1 Yohanes 3:4). Penyelesaiannya dengan mengaku dosa kita satu per satu maka Tuhan Yesus akan mengampuni sebagaimana tertulis dalam 1 Yohanes 1: 9. Acuannya menggunakan sepuluh hukum Taurat (Roma 7:7) untuk meneliti dosa manakah yang sudah kita lakukan selama ini. Begitu juga perjanjian, persekutuan, dan jasa-jasa iblis yang pernah kita lakukan/terima, semua harus dibatalkan serta ditolak dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Bisa juga karena adanya luka-luka batin, sakit hati, kepahitan, yang belum diselesaikan (Ibrani 12:15). Mintalah Tuhan Yesus membebat dan menyembuhkan luka-luka hati. Ampuni orang-orang yang melukai hatimu. Jika belum bisa, minta Tuhan Yesus Kristus mampukan, dengan memulai mengampuni dengan mengucapkan pengampunan.
Lalu bagaimana dengan dosa leluhur? Apa kita harus minta ampun? Tak perlu, sebab mereka sudah mati. Dampaknya yang bisa kena ke kita. Oleh sebab itu, kita harus membatalkan kutuk karena dosa lelulur, atau leluhur kita saling mengutuki dengan musuhnya. Ini diselesaikan dengan meminta belas kasihan Raja Yesus menggantikan kutuk menjadi berkat. Begitu juga kalau-kalau ada perjanjian leluhur kita dengan iblis, bisa telusuri dari riwayat keluarga, apalagi kalau leluhur kita dulunya dukun atau memiliki kemampuan gaib, atau belum menjadi Kristen (pengikut Tuhan Yesus). Perjanjian dengan iblis ini harus dibatalkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus, dan diusir semua malaikat iblis yang mendampingi selama ini. Selanjutnya membuat perjanjian baru dengan Tuhan Yesus (Yeremia 31: 31-34).
Lalu yang ketiga, ada rencana Tuhan yang digenapkan. Ini harus ditanya kepada Tuhan apa rancanganNya harus diterima dan ditaati. Apakah Tuhan Yesus Kristus mau menolong kita dan memberi jalan keluar? Pasti! Sebab Tuhan Yesus Kristus, Rajasoraga tak pernah menolak setiap orang yang datang kepadaNya (Yohanes 6:37). Tuhan Yesus sendiri yang berkata: “Marilah kepadaKu, semua yang letih lesu, dan berbeban berat, Aku akan memberikan kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang kupasang dan belajarlah kepadaKu, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang kupasang itu dan bebanKu pun ringan(Matius 11: 28-30)”.
Masih ada jalan keluar bagi saudara-saudara yang mengalami pergumulan dan persoalan-persoalan. Mungkin saudara sudah putus asa, kecewa, sudah berusaha tapi tetap buntu, merasa ada kutuk, ada serangan kuasa gelap sehingga selalu gagal, sakit tak sembuh-sembuh, karier hancur, masa depan suram, merasa tertolak, dan berbagai macam masalah lain. Itu berarti saudara memerlukan Tuhan Yesus Kristus Rajasorga, datanglah kepadaNya. Biarkan dirimu didiagnosa olehNya, untuk mengetahui akar masalahmu.
Sebaiknya untuk menyelesaikan penyebab masalahmu, Anda sebaiknya menghubungi Hamba Tuhan yang mengerti urusan, supaya Anda dilayani secara pribadi. Jika bersedia, kami bersedia membantu, silakan sms no handphone di bagian akhir traktat ini. Bagi yang ingin meminta bantuan Tuhan Yesus, silakan berdoa dengan bersuara mengikuti teks doa ini: Tuhan Yesus Kristus Rajaku, aku mohon ampun atas dosa-dosaku. Saya mohon darah Yesus yang telah tercurah di Golgota membasuhku.  Aku ingin pertolongan Rajasorga Yesus Kristus untuk menyelesaikan persoalanku. Oleh karena itu, semua bentuk perjanjian dengan iblis dan malaikatnya, persekutuan dan jasa-jasanya, kutolak dalam nama Yesus Kristus. Selanjutnya, perjanjian, persekutuan, dan jasa yang kuterima hanya dari Rajasorga Yesus Kritus. Rohmulah yang saya undang bekerja dalam diriku, menuntunku masuk dalam kerajaanMu. Malaikatmu saya undang menjagaiku senantiasa. Amen.
            Jika ada yang membutuhkan pelayanan lanjutan, atau minta minta dikirimi buku-buku untuk bertumbuh, bisa menghubungi tim pelayanan Komunitas Kerajaan Sorga melalui satu dari empat cara di bawah ini. 
(Saran dan masukan soal isi traktat email ke penulis traktat: bantors@gmail.com)