Kamis, 13 Desember 2012

KEMBALILAH KE KASIH SEMULA

Bahan Bacaan: Wahyu 2:4  Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula.--

Kita mungkin pernah alami, ketika orang-orang yang pernah berjuang dan tumbuh besar bersama, tiba-tiba menjauh. Bisa jadi itu keluarga, teman sekolah, teman masa kecil, satu pekerjaan, sahabat, atau teman sepelayanan. Padahal mungkin, di masa lalu, terlampau banyak kenangan bersama, saat kasih mengalir apa adanya, tanpa prasangka dan begitu tulus.

Lalu, mungkin hanya karena masalah sepele, kesalahpahaman, atau lebih sering tanpa sebab, kasih mulai mendingin. Lama kelamaan, hubungan retak. Bisa jadi masih bertemu, tapi seperti ada jurang yang memisahkan. Komunikasi yang dulu hangat, kini terasa formal, dan acap kali say helo saja.

Apapun alasannya, kasih yang dingin, yang hanya formalitas mendapat kecaman dari Tuhan Yesus. Kejatuhannya begitu dalam, sehingga harus bertobat! Padahal, jemaat Efesus seperti yang kita baca di Wahyu pasal 2 tadi, dipuji pekerjaannya karena tekun, sabar menderita karena Nama Yesus dan tak kenal lelah. Namun, mereka tersandung karena satu hal: meninggalkan KASIH semula.

Tuhan Yesus berkata, kita dikenal sebagai pengikut Tuhan Yesus kalau kita saling mengasihi. Ini tertulis dalam Yohanes 13:34-35  Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi."--

Inilah kasih semula itu, yang merupakan Sabda Yesus. Mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri. Saat ditanya siapa sesama manusia, Tuhan Yesus menjawab dengan perumpamaan orang Samaria yang menolong orang dirampok. Para imam (mewakili orang yang rohani), malah mengabaikan kasih. Justru orang Samaria, yang dengan tulus mengasihi.

Kasih bukan soal perasaan, tapi tindakan. Kasih adalah dengan tulus berkorban untuk orang lain. Lihat orang Samaria dalam perumpamaan Tuhan Yesus, kasih diwujudkan dengan berkorban, yakni tenaga, waktu, perasaan, dan materi, bagi korban perampokan tersebut. Itu dilakukan tanpa mengharapkan balasan.

Jemaat mula-mula mempraktikkan kasih seperti itu. Saudara bisa baca selengkapnya di pasal-pasal awal Kisah Para Rasul. Tradisi kasih diterapkan di jemaat-jemat, kumpulan orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Sayangnya, di jemaat Efesus, kasih ini jadi semu.

Bagaimana dengan kasih yang saudara miliki. Apakah saudara hanya mengasihi yang mengasihimu saja, yang mampu membalas? (Matius 5:46-47), atau mengasihi yang satu pendapat denganmu, mengasihi orang yang selalu memuji dan tak mau mengkritikmu, mengasihi yang satu marga, satu suku, satu gereja, satu persekutuan atau satu tipe pelayanan? Tuhan Yesus tahu kualitas kasih kita, apakah dingin, atau sudah menjauh dari kasih semula. Segeralah bertobat! (Medan, 14 Desember 2012, Tim KKS)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar